Jika ujian yang sama datang padamu sekali lagi, mungkin saja kau tidak lulus pada ujian sebelumnya.
Manusia punya kehidupan dan pada dasarnya kehidupan adalah cara Allah membuktikan mana hamba-hambaNya yang bertakwa. Oleh sebab itu, pastilah kehidupan itu diisi dengan banyak ujian.
Manusia bukan hanya tulang yang diliputi daging. Manusia punya jasad, manusia punya jiwa, dan manusia punya sesuatu diantara yang real dan imaginer diatas, yaitu hati.
“Dalam diri anak Adam ada segumpal daging. Bila ia baik, akan baiklah seluruh jasadnya dan bila ia buruk, akan buruklah seluruh jasadnya. Ingat ia adalah hati.”
Selama ini, tanpa sadar, Sa telah meracuni hati Sa sendiri. Karena tampilan racun hati itu indah. Pekerjaan, harta, kedudukan, manusia, dan hal-hal dunia lainnya. Meski hati itu adalah sesuatu yang sangat penting, tapi hati itu tidak punya spes yang besar. Saat kau memasukkan sesuatu pada hatimu, kau perlu mengeluarkan sesuatu darinya. Dan saat itu Sa mengorbankan porsi Tuhanku untuk duniaku. (Astagfirullah… hambaMu ini sering sekali lupa).
Saat Allah cemburu padamu, Dia akan menjauhkanmu dari hal-hal yang membuat tempatnya tergeser dari hatimu. Kau akan dijauhkan dari duniamu, hatimu gelisah, buta dan lemah. Sungguh, semoga Allah masih mau mencintaiku dengan ujianNya. Sungguh, semoga Ia tidak meninggalkan diriku. Ujian akan selalu datang selama kau masih mempunyai kehidupan. Semoga Allah mencabut nyawaku saat Sa lulus dari ujianNya.
Tubuhmu punya hak atas dirimu. Hatimu punya hak atas dirimu. Begitu pula, jiwamu punya hak pula atas dirimu. Tapi, saat kau mati, hanya jiwa yang kau bawa dan hanya dia lah yang mengembalikan hak-hak yang dulu kau berikan padanya. Maka, berikanlah porsi yang lebih banyak untuk jiwamu. Setelah itu kau tidak akan merugi.
Dari bukunya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani yang berjudul "Menjadi Kekasih Allah":
Janganlah cita-citamu hanya mencari makan dan minum, menikmati pakaian dan istri. Yang menikmati semua itu hanyalah nafsu dan watak. Lalu dimanakah hari dan nurani yang mencari Al-Haq Azza wa Jalla. Cita-citamu hendaklah ditujukan pada hal-hal yang meninggikanmu. Jadikanlah Tuhanmu dan apa yang ada disisi-Nya sebagai cita-citamu. Dunia ini ada gantinya, yaitu akhirat. Dan makhluk juga ada gantinya, yaitu Khaliq Azza wa Jalla. Jika engkau meninggalkan sesuatu dari kehidupan dunia ini, maka akan ada gantinya yang lebih baik di akhirat.
Anggaplah umurmu tinggal sehari saja. Bersiaplah menyambut kedatangan Malaikat maut dan pindah ke akhirat. Dunia ibarat ladang, sedangakan akhirat adalah kampung yang sebenarnya. Jika datang kecemburuan dari Allah swt maka akan menghalagi di antara mereka dengan makhluk. Kemunian mereka tidak membutuhkan dunia maupun akhirat. Wahai pendusta, kamu mencintai Allah pada waktu mendapatkan nikmat. Tetapi jika datang musibah, kamu lari seolah-olah kamu tidak menyukainya. Seorang hamba itu terbukti saat ia bebas. Jika datang bencana dari Allah swt namun kamu berubah, berarti kamu pendusta.
Seorang laki-laki datang pada Nabi saw lalu berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh aku mencintaimu.” Maka Rasulullah saw bersabda, “Bersiaplah untuk merahasiakan kekafiran.” Lagi, seseorang laki-laki lain datang kepada Nabi saw lalu berkata, “Sungguh aku mencintai Allah.” Maka beliau bersabda, “Bersiaplah untuk merahasiakan bencana.” Sesungguhnya cinta Allah dan Rasul-Nya itu selalu dibarengi kekafiran dan bencana. Oleh karena itu sebagian orang salih mengatakan, “Kedekatan itu diwakili oleh balak, supaya tidak semua orang mengaku.” Jika tidak, tentu orang akan dengan mudah mengaku mencintai Allah swt. Jadi, pakaian bencana dan kekafiran itu tanda dari mahabah tersebut. “Ya Allah, berikanlah kami kebaikan di dunia dan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.” {Q.s. Al-Baqarah: 201}.
hmm....
ReplyDeleteMenyadari kesalahan dan kekurangan itu baik, tapi berusaha dengan sekuat tenaga dan jiwa untuk terus memperbaiki kesalahan dan kekurangan itu jauh lebih baik.
ReplyDelete"Bila seorang hamba mendekat kepada-Ku (Allah) sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta. Bila dia mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Dan bila dia mendekati-Ku dengan berjalan, maka Aku mendekatinya dengan berlari. (HR Bukhari)"
Insya Allah, kalau kita memang sungguh2 berusaha untuk memperbaiki diri, Allah akan memudahkan. Semoga semangat untuk berbenah ini tetap terus terjaga.
Terima kasih sudah mengingatkan lewat tulisannya. (Perasaan bersalah yang pernah saya alami juga..)
Afwan, merahasiakan kekafiran maksudnya gimana?
ReplyDeleteJazakillah..
@miaji
ReplyDeleteIni yang Sa pahami. "merahasiakan": iman manusia itu naik-turun, kadang baik kadang melemah karena "maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya" {Asy Syams:8} Bibit kekafiran pasti ada dalam diri manusia, dan saat Allah menguji kita, rahasiakanlah, simpanlah dalam hatimu, lawanlah dengan modal ketakwaan dalam hatimu, sampai Allah menganggap kau lulus ujiannya.
Sa punya pengalaman, makin kita menceritakan ke-futuran atau penurunan keadaan kita, saat itu mungkin lawan bicara kita mengatakan "Oh iya, aku juga bla bla bla...." Saat itu kita merasa: "wah, ternyata mereka pun melemah, berarti ini hal yang normal." Saat pemikiran ini datang, biasanya jadi banyak pembenaran atas kemunduran yang terjadi pada diri kita.
Mungkin seperti itu. Wallahu'alam
gak ngerti
ReplyDeletepantesan kuliah agama dapet B
:p
Oh, konteksnya itu.. I see..
ReplyDeleteMemang seharusnya "saling menasihati kpd kebenaran".. bukan.. saling mengeluh (Curhat)..
Syukran katsiraa..
asw, neng.
ReplyDeletemakasih berat postingannya. yang kayak gini nih, dikala gw berkali2 diuji dengan masalah yang sama, emang gw ga pinter2 ampe gak lulus ya...
hahaha
makasih bgt.:)